Orang tua jelas menginginkan anaknya menjadi anak yang baik dan taat,
demikian pula yang diinginkan Kamaluddin Marsus dan Laili Tri Lestari
terhadap putra putrinya kelak. Sehingga segala upaya dilakukannya untuk
menjadikan anaknya berbakti, terutama kepada Allah Swt. Salah satu
jalannya dengan mengenalkan dan mengajarkan al Quran sejak dini.
Laili, sang Bunda menemukan cara tersendiri bagaimana ke Lima anaknya
memiliki kecintaan dan daya tarik terhadap al-Quran sejak dini, yaitu
dengan mendidiknya menghafalkan ayat-ayat Quran dengan kinestetik atau
gerakan tubuh yang disesuaikan terjemahan Ayatnya.
Alhamdulillah, Lima anaknya dari enam bersaudara mampu menghafalkan
beberapa juz al Quran beserta terjemahannya di usianya yang masih dini.
Mereka masing masing Muhammad Kholil al Kamaly: 9 tahun, Muhammad Dzaky
al Kamaly: 8 Tahun, Aidh Habib al Kamaly: 7 Tahun, Kaisa Aulia Kamal: 6
Tahun, Zainul Fikri al Kamaly: 5 Tahun, dan si bungsu Ziyadul Ghoits al
Kamaly: 1 tahun.
Kemudian metode ini mulai digagas oleh Laili sejak Tahun 2012 dan dinamainya
metode ini secara resmi pada tahun 2014 menjadi Metode Kaisa, karena
pada saat itu salah satu anaknya, Kaisa Aulia Kamal lolos di audisi
Hafidz Quran yang tayang di stasiun tv Trans7 dan berhasil memboyong
juara 3 dan juara favorit pada tahun 2014.
Dulunya, Laili hanya terapkan metode ini kepada Anak anaknya saja, dan
sekarang metode ini sudah disebarluaskan diberbagai kota di Indonesia
agar memotivasi anak anak bangsa untuk senantiasa mencintai dan
mendekatkan diri terhadap Quran dengan pendekatan yang rileks nan
menyenangkan. Sebagaimana yang diungkapakan Kamaluddin, Ayah dari para
hafizh cilik ini.
�Metode Kaisa adalah salah satu dari sekian banyak metode menghafalkan
al Quran, tapi kekuataan dari pada metode kaisa ini adalah dengan
pendekatan agar anak anak menjadi rileks saat menghafal Quran, dan tetap
berdasarkan tajwid� kata dia.
Sekarang, mereka sekeluarga kerap kali keluar kota memenuhi undangan
seminar dan pelatihan untuk memotivasi lebih banyak anak lagi yang
menjadi hafiz Quran di Indonesia. Untuk kota Makassar sendiri sudah
lebih seribuan anak yang termotivasi dan belajar metode ini di Rumah
Tadabbur Quran yang tersebar di berbagai titik di kota Makassar dibawah
binaan lembaga Ar-rahman Quranic Learning Center (AQL) cabang Sulsel.
demikian pula yang diinginkan Kamaluddin Marsus dan Laili Tri Lestari
terhadap putra putrinya kelak. Sehingga segala upaya dilakukannya untuk
menjadikan anaknya berbakti, terutama kepada Allah Swt. Salah satu
jalannya dengan mengenalkan dan mengajarkan al Quran sejak dini.
Laili, sang Bunda menemukan cara tersendiri bagaimana ke Lima anaknya
memiliki kecintaan dan daya tarik terhadap al-Quran sejak dini, yaitu
dengan mendidiknya menghafalkan ayat-ayat Quran dengan kinestetik atau
gerakan tubuh yang disesuaikan terjemahan Ayatnya.
Alhamdulillah, Lima anaknya dari enam bersaudara mampu menghafalkan
beberapa juz al Quran beserta terjemahannya di usianya yang masih dini.
Mereka masing masing Muhammad Kholil al Kamaly: 9 tahun, Muhammad Dzaky
al Kamaly: 8 Tahun, Aidh Habib al Kamaly: 7 Tahun, Kaisa Aulia Kamal: 6
Tahun, Zainul Fikri al Kamaly: 5 Tahun, dan si bungsu Ziyadul Ghoits al
Kamaly: 1 tahun.
Kemudian metode ini mulai digagas oleh Laili sejak Tahun 2012 dan dinamainya
metode ini secara resmi pada tahun 2014 menjadi Metode Kaisa, karena
pada saat itu salah satu anaknya, Kaisa Aulia Kamal lolos di audisi
Hafidz Quran yang tayang di stasiun tv Trans7 dan berhasil memboyong
juara 3 dan juara favorit pada tahun 2014.
Dulunya, Laili hanya terapkan metode ini kepada Anak anaknya saja, dan
sekarang metode ini sudah disebarluaskan diberbagai kota di Indonesia
agar memotivasi anak anak bangsa untuk senantiasa mencintai dan
mendekatkan diri terhadap Quran dengan pendekatan yang rileks nan
menyenangkan. Sebagaimana yang diungkapakan Kamaluddin, Ayah dari para
hafizh cilik ini.
�Metode Kaisa adalah salah satu dari sekian banyak metode menghafalkan
al Quran, tapi kekuataan dari pada metode kaisa ini adalah dengan
pendekatan agar anak anak menjadi rileks saat menghafal Quran, dan tetap
berdasarkan tajwid� kata dia.
Sekarang, mereka sekeluarga kerap kali keluar kota memenuhi undangan
seminar dan pelatihan untuk memotivasi lebih banyak anak lagi yang
menjadi hafiz Quran di Indonesia. Untuk kota Makassar sendiri sudah
lebih seribuan anak yang termotivasi dan belajar metode ini di Rumah
Tadabbur Quran yang tersebar di berbagai titik di kota Makassar dibawah
binaan lembaga Ar-rahman Quranic Learning Center (AQL) cabang Sulsel.