Jika dulu pemerintah menghimbau yang tidak berpuasa untuk menghormati yang berpuasa, salah satunya dengan cara tidak makan minum di depannya, kini malah terbalik. Warga yang berpuasa didesak untuk menghormati orang yang tidak berpuasa.

Tidak menutup kemungkinan, nanti akan ada spanduk himbauan bagi yang mau sholat subuh agar tidak buat suara adzan agar tidak mengganggu yang tidak sholat subuh.
Bagaimana jika ada yang melarang pemasangan pohon natal pada saat natal, dengan alasan 'hargai kami yang tidak merayakannya'?
Bagaimana jika pada saat Nyepi (umat Hindu), toko-toko dan mall harus tetap buka karena menghargai yang tidak merayakan Nyepi?
Patut diingat, masyarakat Indonesia adalah 80% muslim. Bukan masalah mayoritas atau bukan. Namun dalam menjalankan ibadah warga negara dijamin dan dilindungi hak-haknya oleh undang-undang. Seharusnya; 'yang tidak sholat (karena haid mungkin?) menghargai yang sholat', bukan malah dibalik; 'yang sholat harus menghargai yang tidak sholat'.

Dalam beribadah kita tak butuh dihargai atau gila hormat, karena itu tidak ada gunanya. Sebab ibadah dilakukan semata-mata untuk Allah Yang Maha Kuasa.
Ibu menyusui, lansia dan yang sakit tidak diwajibkan berpuasa di bulan suci Ramadhan. Siapakah yang tidak mengetahui hal ini? Non-muslim tentu juga tidak menjalankan puasa, karena Islam memang bukan agamanya. Apakah perlu penjelasan mengenai hal sesederhana ini?
Apakah fenomena seperti ini terjadi lantaran toleransi kebablasan sehingga orang-orang yang diberi amanah rela mendzolimi saudaranya sendiri demi menjilat kepada pihak luar atau agar dikatakan toleran?
Bagaimana menurut anda mengenai himbauan spanduk 'heboh' ini? Apakah ini sudah menjadi toleransi yang kebablasan akibat pluralisme kekirian? Tinggalkan komentar dengan membagikan di sosial media!

Tidak menutup kemungkinan, nanti akan ada spanduk himbauan bagi yang mau sholat subuh agar tidak buat suara adzan agar tidak mengganggu yang tidak sholat subuh.
Bagaimana jika ada yang melarang pemasangan pohon natal pada saat natal, dengan alasan 'hargai kami yang tidak merayakannya'?
Bagaimana jika pada saat Nyepi (umat Hindu), toko-toko dan mall harus tetap buka karena menghargai yang tidak merayakan Nyepi?


Dalam beribadah kita tak butuh dihargai atau gila hormat, karena itu tidak ada gunanya. Sebab ibadah dilakukan semata-mata untuk Allah Yang Maha Kuasa.
Ibu menyusui, lansia dan yang sakit tidak diwajibkan berpuasa di bulan suci Ramadhan. Siapakah yang tidak mengetahui hal ini? Non-muslim tentu juga tidak menjalankan puasa, karena Islam memang bukan agamanya. Apakah perlu penjelasan mengenai hal sesederhana ini?
Apakah fenomena seperti ini terjadi lantaran toleransi kebablasan sehingga orang-orang yang diberi amanah rela mendzolimi saudaranya sendiri demi menjilat kepada pihak luar atau agar dikatakan toleran?
Bagaimana menurut anda mengenai himbauan spanduk 'heboh' ini? Apakah ini sudah menjadi toleransi yang kebablasan akibat pluralisme kekirian? Tinggalkan komentar dengan membagikan di sosial media!